Prostitusi Negeri Samba
Seorang
perempuan bertubuh kurus tampak berkeliaran di pinggir jalan berdebu
dengan gaun yang minim. Matanya memandang kosong pada sebuah jalan di
Brasil. Sudah pagi buta, sekitar pukul 02.00 waktu setempat dan dia
lebih memilih membentang mimpi buruk di jalanan ketimbang di atas kasur.
Meski dandanan terlihat dewasa
sesungguhnya dia masih anak-anak. Usianya baru 11 tahun dan biasa disapa
dengan nama Leliah. Meski kakinya kecil dan rapuh dia menjual dirinya
untuk setiap sopir truk dan pekerja serabutan yang bersedia membayar,
seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Rabu (13/11).
“Saat selesai mereka melempar saya dari
kendaraan,” katanya menunjukkan lengan yang memar dan terkadang harus
kena pukulan. “Kadang mereka membiarkan turun dengan baik, tapi kadang
ditendang dan pernah terbentur beton,” katanya tersenyum. Ini semua
dilakukan dia demi uang Rp 185 ribu.
Jurnalis Inggris Matt Roper berkesempatan
bertemu Leliah dan mengajak dia mengubah hidupnya. Tak hanya Leliah
masih ada ribuan gadis muda dijual dan menjual dirinya untuk seks dengan
biaya paling murah Rp 150 ribu. Mereka ada setiap 16 kilometer di jalan
tol dari Kota Rio de Janerio ke Kota Fortaleza terkenal dengan jalan
neraka.
Roper melihat epidemi pelacuran yang
mengenaskan dan melibatkan banyak gadis kecil tidak berdosa. “Mereka
rentan, sendirian, tanpa perlindungan. Saya miris,” ujar Roper. Tak satu
pun kisah gembira keluar dari mulut mereka dan paling menyakitkan
pemerintah tidak mampu menyelesaikan lantaran jumlahnya terlalu banyak
dan dilakukan di tempat-tempat tidak mampu dijangkau dan tidak
dilaporkan.
Kasus demi kasus banyak mengerikan. Ada
gadis bernama Mara diperkosa saat usia 11 tahun dan hamil. Dia akhirnya
memilih aborsi dengan cara mengerikan yakni dicongkel menggunakan
gantungan baju. Pendarahan dan hampir lewat nyawa, demikian pengalaman
Mara kini 16 tahun tidak melupakan kejadian itu. Dia kini berjualan
narkotika. Ada pula Mariana dijual oleh ibu kandungnya sendiri. Sang ibu
pula mengantarkan dia menemui orang sudah membayar untuk mencicipi
tubuhnya. Dengan rakus, ibu Mariana merebut uang bayaran keperawanan
anaknya dan dibelikannya rokok.
Sikap santai Brasil dalam menghadapi
prostitusi di bawah umur sudah lama mendapat kecaman internasional.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) khusus menangani masalah anak (UNICEF)
memperkirakan setidaknya ada 250 ribu anak usia belasan di Brasil sudah
terjerat pelacuran. Padahal peraturannya jelas mereka yang terlibat
penjaja kenikmatan ini dihukum hingga empat dekade namun berkali-kali
pula Roper menemukan fakta tak satu pun dari pelaku penjualanan anak
demi seks diberikan sanksi. Mereka kebal hukum.
Menjadi tuan rumah Piala Dunia 2016 ternyata masih banyak pekerjaan rumah Brasil termasuk mengatasi prostitusi anak-anak ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar